Edumuslim.org - Antoine Robert El-Dahdah Abu Faris, pria berusia 92 tahun ini masih aktif belajar dan mengajar, tentu bagi mereka yang pernah kuliah di jurusan bahasa Arab tidak asing dengan namanya, karena buku-bukunya termasuk referensi kontemporer yang wajib dipelajari. Tapi siapa disangka bahwa beliau dulunya seorang Letnan dan Duta Besar, maka tidak heran di setiap buku Nahwu beliau disematkan kata “The Ambassador”. Berikut ini kisah singkat tentang beliau.
Keluarga El-Dahdah dikenal sebagai penganut Kristen Maronit di Libanon yang gemar membagi-bagikan hasil panen kepada masyarakat setempat. Beliau terlahir dari keluarga konglomerat tersebut. Beliau seorang yang menonjol di bidang militer, hingga akhirnya di usia 18 tahun disekolahkan pemerintah di 3 negara untuk mengasah kemampuannya: Sekolah Artileri Inggris, Sekolah Angkatan Laut Perancis, dan Sekolah Angkatan Darat Amerika. Alhasil di usia yang masih muda (22 tahun) beliau diangkat menjadi Letnan dan dijadikan ajudan Presiden Libanon.
Pada tahun 1979 ketika pergantian Presiden baru, beliau ditunjuk menjadi Duta Besar Libanon di Bazil. Hanya saja untuk penugasannya membutuhkan waktu setengah hingga satu tahun sampai kabinet yang baru terbentuk. Sambil menunggu waktu penugasan, beliau berniat belajar bahasa Arab, karena terbayang di pikirannya bahwa seorang Dubes itu akan banyak diminta pidato disana-sini dengan Bahasa Arab. Maka beliaupun mencari guru privat yang bisa mengajari bahasa Arab super cepat. Syarat ini tentu tidak aneh bagi beliau yang terbiasa hidup disiplin di dunia militer ditambah lagi dengan pencapaian yang akselerasi. Itu sebabnya ketika diwawancarai oleh salah satu media online: “Berapa lama yang dibutuhkan oleh penutur bahasa Inggris untuk menguasai bahasa Arab?” beliau menjawab: “3 bulan”.
Di titik inilah beliau berterus terang, jatuh hati pada pandangan pertama terhadap bahasa Arab: “Arabic grammar is a science”. Saking seriusnya dengan bahasa Arab, sebelum berangkat ke Brazil beliau menitipkan rangkuman belajar beliau kepada temannya, yang kemudian oleh temannya diterbitkan. Buku tersebut berjudul:
معجم قواعد اللغة العربية في جداول ولوحات,
inilah buku pertama beliau.
Beliau mengaku tidak pernah serius dengan buku tersebut, tapi 2 tahun kemudian temannya mengirimi telegram ke Brazil, menyampaikan bahwa beliau memiliki potensi untuk digemari pembaca, semua bukunya ludes dan temannya menyarankan untuk melanjutkan potensi tersebut. Yang saya tahu buku tersebut masih dijadikan muqorror di Sastra Arab UGM.
Selepas masa jabatan sebagai Dubes, beliau memiliki banyak waktu untuk menekuni dunia bahasa Arab. Setelah menerbitkan 15 buku beliau mulai tertarik dengan al-Qur’an dari sisi nahwu (disini saya tidak tahu apakah beliau masuk Islam atau tidak, karena tidak ada keterangan tentang itu). Anak beliau juga, Faris alumni PhD Harvard menyarankan untuk menerbitkan buku-buku beliau di penerbit-penerbit online, maka semakin tersebar luas ilmu-ilmu yang beliau sampaikan. Ditambah lagi beliau stay di Abu Dhabi dengan fasilitas yang serba memadai. Saat ini buku yang sudah diterbitkan lebih dari 40 buku.
Demikian pengalaman singkat beliau menjadi Master Bahasa Arab yang ditempuh dengan kerja keras dan disiplin tinggi.
Sumber : Markaz Nadwa
Posting Komentar