"Allah menyediakan ampunan dan pahala yang sangat besar bagi laki-laki muslim dan perempuan muslim, laki-laki mukmin dan perempuan mukmin, laki-laki yang taat dan perempuan-perempuan yang taat, laki-laki yang jujur dan perempuan yang jujur, laki-laki yang sabar dan perempuan yang sabar, laki-laki yang patuh dan perempuan yang patuh, laki-laki yang mengeluarkan shadagah dan perempuan yang mengeluarkan shadagah, laki-laki yang berpuasa dan perempuan yang berpuasa, laki-laki yang menjauhi zina dan perempuan yang menjauhi zina, laki-laki yang banyak mengingat Allah dan perempuan yang banyak mengingat Allah."
Lantas siapakah orang yang disebut banyak mengingat Allah itu?
Di dalam kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi menyebutkan tentang perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan standarisasi orang disebut ahli dzikir.
Telah berkata Imam Abu Hasan al Wahidi, berkata Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud ahli dzikir dalam ayat 35 Surat Al Ahzab adalah:
Orang-orang yang biasa membaca dzikir setiap selesai sholat lima waktu, membaca dzikir pagi dan petang, dzikir sebelum tidur, dan bangun tidur serta membaca dzikir saat keluar dan masuk rumah.
Sedangkan menurut Mujahid: Tidak termasuk orang yang banyak berdzikir kepada Allah sehingga ia berdzikir dalam keadaan berdiri dan duduk dan berbaring. 'Atha berkata: Barang siapa shalat 5 waktu dengan memenuhi syarat dan rukunnya maka ia termasuk orang yang banyak berdzikir kepada Allah.
Syaikh Imam abu Amr bin Shalah pernah ditanya mengenai ukuran seseorang dikatakan ahli dzikir, beliau menjawab: Apabila seseorang telah membiasakan diri berdzikir dengan kalimat-kalimat matsur (yang sesuai syariat) pagi dan petang hari, setiap waktu dan keadaan, malam dan siang hari maka ia termasuk ahli dzikir seperti yang disebut dalam ayat. Wallahu alam.
Baca juga: Dzikirnya Para Nabi
Cara dzikir yang paling baik
Dzikir bisa dilakukan dengan hati dan juga lisan. Adapun yang paling afdhal adalah dzikir dengan hati sekaligus lisan. Dan apabila hanya bisa dilakukan dengan salah satu saja maka dzikir dengan hati lebih baik. Kemudian tidak boleh meninggalkan dzikir dengan lisan hanya alasan takut dianggap riya, akan tetapi dzikirlah dengan keduanya dengan tetap menjaga keikhlasan semata-mata karena Allah. Karena sesungguhnya beramal karena manusia adalah riya.
إرسال تعليق